Jumat, 21 November 2008

Dari Kemeriahan Festival Losari

*Wisatawan tak Dapat Kursi, Hujan Batalkan Rencana Lihat Sunset

DUA sosok pria berdiri digerbang anjungan Pantai Losari. Menggunakan rompi warna orange. Belakangnya tertulis Petugas Parkir. Tiap motor yang masuk didatanginya, menawarkan selembar kertas, bertuliskan karcis parkir. Puluhan orang lalu lalang di area anjungan. Sebagian sibuk mempersiapkan sesuatu. Entah siapa yang akan datang?

Jejeran tenda memanjang disisi kiri dan kanan anjungan. Tak seperti biasanya. Tenda yang bertuliskan "peserta wisata kuliner". Tulisan lain memastikan asal muara tenda-tenda itu. Dijaga orang-orang dengan busana khas sulawesi Selatan. Sedikit bertanya, diketahui 26 peserta dari semua kecamatan di Makassar ikut ambil bagian pada tenda-tenda itu. Depan tulisan "Pantai Losari" sebuah panggung besar berdiri kokoh tanpa atap. Bagian belakangnya terpajang spanduk bertuliskan Festival Losari. Depan panggung tenda memanjang mengikuti panjang panggung, dengan kursi berjejer rapi.

Di bagian tenda wisata kuliner seorang laki-laki dengan perawakan terawat, sibuk memberi petunjuk. Namanya Eddy Kosasih Parawansa, Orang nomor satu di Makassar yang mengurusi masalah kepariwisataan. "Kenapa de," ucapnya saat saya mendekat. Sedikit ngobrol tentang even itu, Eddy banyak menjelaskan komitmennya membangun sektor kepariwisataan Makassar. "Ini sekaligus menyambut Visit Indonesia 2009," kata Eddy. Banyak hal yang ingin diprogramkan katanya. "Namun sering termentahkan dianggota dewan yang terhormat," sesal Eddy.

Tak lama bicara, satu rombongan turun dari mobil. Seorang staf Eddy mendekat. "Pak, datang Sekda (Sekretaris Daerah, red) Kota Jogjakarta dengan Kadis Pariwisatanya," ucapnya ke Eddy. Tak menunggu lama, Eddy berjalan mendekat ke pejabat yang dimaksud. Hanya berselang sekira 15 menit, rombongan pejabat-pejabat lain mulai berdatangan. Mereka khusus datang mengikuti Festival Losari. Penyelenggaraan Festival Losari dengan beragam macam rangkaian kegiatan berlangsung meriah. Tak hanya warga Makassar dan sekitarnya yang tumpah ke Losari, namun even yang diselenggarakan Sabtu, 8 November, sore itu juga dihadiri wisatawan mancanegara.

Dari jejeran stan-stan peserta wisata kuliner beragam makanan tradisional tampak dipamerkan. Mulai dari coto Makassar, sop konro, pallubutung, dan beragam makanan khas Sulawesi Selatan yang lain. Bahkan pengunjung dapat langsung mencicipi masakan tersebut.

Animo warga menyaksikan kegiatan ini sangat besar. Itu dibuktikan dengan membeludaknya pengunjung. Tenda yang didirikan bahkan tidak bisa memuat semua pengunjung yang datang. Wisatawan dari Malaysia yang datang belakangan, bahkan tidak mendapat kursi. Panitia kelabakan. Warga lokal diminta pengertiannya. Tanpa ada yang ngomel mereka dengan sopan mempersilakan tamu-tamu dari negara yang kadang berselisih dengan bangsa ini, duduk dikursi yang mereka duduki. Rela berdiri demi mereka yang katanya wisatawan dari Malaysia.

Susunan acara cukup resmi mulai dari laporan sampai sambutan dan pembukaan. Ketua panitia, berjalan menaiki panggung tak beratap itu. Dengan terbatah-batah melaporkan persiapannya dalam acara tersebut. "Begitu memang kalau bicaraki didepan boss ta, pasti grogiki," ucap dua perempuan yang duduk dekat saya dengan bisikan khas perempuan. Ya... acara sore itu, cukup meriah.

Dalam panggung penuh, diluar panggung masih banyak pengunjung yang berdiri. Dari pembicaraan warga lokal yang datang, tanpa mengetahui format acara yang sebenarnya. Ternyata mereka mengira fetival itu akan mendatangkan setidaknya seorang artis dengan tingkat popularitas yang tinggi. mungkin, karena panggung yang besar hingga mereka terpikirkan hal itu.

Saat saya bicara dengan Eddy, dia sedikit menyinggung tujuan panitia menyelenggarakan pembukaan dengan mengundang wisatawan luan dan dalam negeri di sore hari, karena keinginan menunjukkan keindahan sunset dari Pantai Losari. Sayangnya, maksud baik itu tak terwujud. Rencana memperlihatkan sunset ke pengunjung festival tidak terealisasi. Hujan gerimis, mewarnai pembukaan. Saat Walikota Makassar menyampaikan sambutannya.

Rangkaian kegiatan dalam festival itu tidak hanya berlansung pada sore itu. Festival berlanjut malamnya dengan acara pentas seni dan budaya. Penampilan perempuan-perempuan cantik, juga menghiasi panggung malamnya. Sayangnya malam itu, saya tidak sempat berkunjung kesana.

Tidak ada komentar:

WELCOME

Selamat datang di blog pemuda desa